Tuesday, July 4, 2023

Interaksi Desa dengan Kota

Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk pola hubungan interaksi antar wilayah. Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau lebih, misalnya antara kota dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan daerah pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya. Bentuk interaksi antar wilayah dibedakan menjadi regional complementary, intervening opportunity, spatial transfer ability. Wujud interaksi antar wilayah yang nampak terjadi adalah urbanisasi. Intensitas interaksi antar wilayah dapat diukur berdasarkan teori gravitasi, titik henti dan indeks konektivitas

A.    Hubungan Keruangan (Interaksi) Desa dan Kota

Kota dan desa akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lainnya yang membentuk pola hubungan interaksi antar wilayah

1. Pengertian Interaksi

Interaksi dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal balik yang saling berpengaruh antardua wilayah atau lebih yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan ataupun permasalahan baru. Interaksi keruangan meliputi hal-hal berikut ini.

      • Hubungan timbal balik antar dua wilayah atau lebih, misalnya antara kota dan desa, antara kota dan kota, antara daerah industri dan daerah pemasaran, antara daerah yang padat penduduknya dan daerah yang jarang penduduknya, serta antara suatu negara dan negara lainnya.
      • Dalam hubungan timbal balik wilayah ini terdapat proses pergerakan, yaitu
        1. Pergerakan manusia atau mobilitas,
        2. Pergerakan atau perpindahan gagasan dan informasikomunikasi, seperti informasi tentang teknologi, keindahan suatu wilayah, dan bencana alam, serta
        3. Pergerakan materi atau benda yang dinamakan transportasi, seperti perpindahan hasil pertanian, produksi industri, dan barang tambang
        4. Akibat hubungan antar dua wilayah tersebut maka timbul gejala, kenampakan atau permasalahan baru. Gejala-gejala tersebut sifatnya dapat menguntungkan (positif) ataupun merugikan (negatif)
2. Faktor-faktor yang memengaruhi interaksi

Menurut Edward Ullman ada tiga faktor utama yang mendasari atau mempengaruhi timbulnya interaksi antarwilayah, yaitu:

    • Adanya wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity);
    • Adanya kesempatan untuk berinteraksi (intervening opportunity);
    • Adanya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability)
 
    • Regional Complementary
Adanya dua wilayah yang memiliki potensi atau ketersediaan sumber daya yang berbeda akan melakukan interaksi. Di satu pihak ada wilayah yang surplus sumber daya tertentu, seperti produksi pertanian dan bahan galian, dan di lain pihak ada wilayah yang minus sumber daya alam tersebut, tapi memiliki surplus sumber daya lainnya.

Adanya dua wilayah yang memiliki kelebihan dan kekurangan sumber daya inilah yang memperkuat terjadinya interaksi antarwilayah untuk saling melengkapi kebutuhan, di mana masing-masing wilayah berperan sebagai produsen sekaligus konsumen. 

 


    • Intervening Opportunity
Kesempatan berintervensi artinya adanya kemungkinan perantara yang bisa menghambat timbulnya interaksi antarwilayah. Atau dengan kata lain, intervening opportunity dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menyebabkan lemahnya jalinan interaksi antarwilayah karena terdapat alternatif pengganti kebutuhan

 


    • Spatial Transfer Ability

Faktor kemudahan pemindahan manusia, barang, jasa, gagasan, dan informasi antara satu wilayah dan wilayah lainnya juga berpengaruh terhadap interaksi yang terjadi diantara keduanya. Kemudahan pergerakan antar wilayah tersebut berkaitan dengan:

      1. Jarak antarwilayah, baik jarak mutlak maupun relatif;
      2. Biaya transportasi;
      3. Kemudahan dan kelancaran prasarana dan sarana transportasi antarwilayah.

 



3. Pengaruh Interaksi

a. Wujud interaksi kota dan desa yang sering terjadi.

    1. Pergerakan barang dari desa ke kota atau sebaliknya
    2. Pergerakan gagasan dan informasi, terutama dari kota ke desa.
    3. Pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, ruralisasi, atau mobilitas penduduk, baik yang sifatnya sirkulasi maupun komutasi.

 b. Pengaruh positif

    • Meningkatnya taraf Pendidikan
    • Informasi dan komunikasi lebih mudah diterima oleh masyarakat
    • Pembangunan infrastruktur di desa meningkat sehingga memudahkan aksesibilitas
    • Meningkatnya kesejahteraan penduduk desa akibat semakin meratanya pembangunan
    • Berkembangnya organisasi di desa yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk.
    • Tercukupinya kebutuhan pangan bagi penduduk kota berkat suplai barang dari desa
    • Jumlah tenaga kerja di kota bertambah banyak dan melimpah berkat suplai orang dari desa
    • Produk-produk kota dapat dipasarkan di desa
    • Peluang untuk berwirausaha bagi warga kota semakin luas.

c. Dampak negatif interaksi desa dan kota

    • Modernisasi dari pengaruh kota dapat melunturkan orientasi petani sebagai mata pencaharian
    • Siaran televisi dapat memengaruhi sikap masyarakat desa untuk hidup konsumtif
    • Tenaga muda di desa lebih tertarik bekerja di kota daripada menjadi petani
    • Tata cara dan pola hidup masyarakat kota cenderung mengubah masyarakat desa
    • Penduduk desa yang datang ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan (semisal kemiskinan)
    • Penduduk berpendapatan rendah semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup 
    • Nilai lahan di kota mahal, warga yang tidak mampu terpaksa menggunakan lahan yang tidak layak huni 
    • Terjadinya degradasi lingkungan karena pembangunan yang tidak terkendali.


4. Zona interaksi Desa dan Kota 
Wilayah-wilayah interaksi tersebut membentuk lingkaran-lingkaran yang dimulai di pusat kota sampai ke wilayah pedesaan. Menurut Bintarto (1983), wilayah-wilayah atau zona interaksi adalah sebagai berikut.

    • City diartikan sebagai pusat kota 
    • Suburban (subdaerah perkotaan), yaitu suatu wilayah yang lokasinya berdekatan dengan pusat kota.
    • Suburban fringe (jalur tepi subdaerah perkotaan) yaitu suatu wilayah yang dilingkari subdaerah perkotaan
    • Urban fringe (jalur tepi daerah perkotaan paling luat), yaitu semua batas wilayah terluar suatu kota
    • Rural urban fringe (jalur batas desa dan kota), yaitu suatu wilayah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan pola penggunaan lahan campuran antara sektor pertanian dan nonpertanian.
    • Rural merupakan daerah pedesaan.

5. Interaksi Kaitannya dengan Segi Ekonomi, Sosial dan Budaya
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk di suatu harus berhubungan dengan penduduk di tempat lain. Aktivitas perekonomian penduduk menyebabkan terjadinya perdagangan (hubungan dagang), jual beli barang dan jasa. Dalam segala aspek seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan keamanan, mental, spiritual selalu ada hubungan antara penduduk dari satu tempat ke tempat yang lain.

6. Urbanisasi 

Tingkat pertambahan penduduk di daerah perkotaan sebagian besar terjadi karena pengaruh urbanisasi yang terus meningkat. Hal ini dapat dimengerti mengingat kota-kota besar di Indonesia pada umumnya menjadi lokasi pengembangan sektorsektor industri. Misalnya di Jakarta tingkat pertambahan penduduknya mencapai 3.9% per tahun, di Surabaya mencapai 2,9% per tahun, di Medan sebesar 3,5% per tahun, dan di Semarang mencapai 5,2% pertahun.

Sebab-sebab urbanisasi Urbanisasi dapat dikatakan sebagai awal proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi di seluruh dunia, baik di negarayang sudah maju maupun yang belum memiliki industri. Cepat atau lambatnya proses urbanisasi tergantunp pada keadaan masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut dapat menyangkut dua aspek, yaitu:

  • berubahnya masyarakat desa menjadi masyarakai kota

  • bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya penduduk desa yang tertarik pada keadaan kota. 


Baca Selengkapnya materi ( Disini )

No comments:

Post a Comment